Kisah Nyata Tukang Siomay (inspiratif)

Selasa, 05 Oktober 2010

     Cerita ini bermula dari ketika awal aku memasuki bangku perkuliahan. Jadwal kuliahku hari itu selesei sampai sore. Di sekitar kampus pun sudah mulai sepi. Dengan langkah gontai aku berjalan menuju gerbang utama, berharap masih ada angkutan umum yg masih ‘narik’. Karena biasanya setelah lebih pukul 17.00 angkutan umum yang menuju ke arah ku pulang sudah jarang sekali. Di depan pintu gerbang utama kampus ku terdapat ‘halte’, biasa orang memanggilnya begitu ke tempat duduk yang biasa sering digunakan mahasiswa –mahasiswa untuk menunggu angkutan umum dan jemputan, atau hanya sekedar ngobrol ngalor ngidul menghabiskan senja. Aku pun menuju ‘halte’ untuk menunggu angkutan umum tujuanku yang ternyata sudah ada penghuninya, yaitu si Mang siomay lengkap dengan gerobaknya yang berwarna biru.


     Hmm aroma khas siomay ikan pun masuk ke hidung ku bersamaan degan langkahku yang semakin mendekati ‘halte’, meng otomatis kan perutku ber ‘drumband’ ria. Tapi,hanya ku telan saja air liur nya sebelum keluar..hehe Ya karena kondisi keuangan ku yang tidak stabil di ‘tanggal tua’ yang mengharuskan ku benar-benar berhemat.

     Sore itu sepi karena cuaca mulai mendung. Dengan menganggukan kepala sambil menyungging senyum kepadanya, mengisyaratkan meminta izin untuk duduk di sebelahnya. Dengan segera ia membalas senyumku dan mempersilahkan dengan ramah, sambil menggeser duduknya agar aku bisa leluasa untuk duduk disana. ‘’Mangga Neng... Mangga calik (silahkan duduk ) ‘’ujarnya. ‘’Pulang kuliah Neng? Meuni sonten (sore sekali)’’ jejernya kembali. Ku jawab dengan singkat sambil tersenyum ‘’Muhun Mang..” karena aku tak berniat untuk membawa percakapan lebih lanjut. Otak ku sedang berfikir bagaimana caranya aku pulang sore ini. Lalu aku teringat temanku yang masih ada jadwal kuliah dan membawa kendaraan. Tapi untuk pulang bersama dengan nya aku harus menunggu 1 jam lagi. Ya apa boleh buat aku putuskan untuk pulang bersamanya, tapi tetap dengan menunggu di ‘halte’ siapa tahu aku beruntung mendapatkan angkutan umum yang aku tunggu.

     Tiba-tiba si Mang siomay bertanya kemana arah ku pulang,dengan menyesalkan ia memberitahu ku bahwa angkutan umum tujuan ku jam sore sudah tidak ada, lalu ia menawarkan alternatif lain untuk sampai ke arah tujuan ku pulang. Tapi aku jawab bahwa aku mau menunggu temanku saja yang baru keluar 1jam lagi.

     Si Mang pun tersenyum ,ia bertanya wajar,seperti dari mana asalku dan jurusan apa yang aku ambil. Lalu ia bangkit, membuka tutup panci besar, mengeluarkan piring, mengambil beberapa jenis siomay, memotong dan membumbuinya.

     Betapa terkejutnya aku ketika sepiring siomay itu disodorkan kepadaku, sambil berkata “Mangga Neng di leueut, sakantenan ngantosan (silahkan dimakan Neng sambil menunggu). Aku pun refleks mengangkat tanganku mengisyaratkan tidak dan menggeleng-gelengkan kepala sambil berkata “ih Mang sawios,da henteu mesen abi mah (ih Mang ga apa-apa,saya tidak memesan ko). Tapi tak tega melihat raut muka ramah dengan penuh ketulusan itu. Sepiring siomay pun berpindah tangan.

Betapa terkejutnya aku ketika sepiring siomay itu disodorkan kepadaku, sambil berkata “Mangga Neng di leueut, sakantenan ngantosan (silahkan dimakan Neng sambil menunggu).

     Mang siomay pun tersenyum sambil melihat wajah kebingunganku, dia menjelaskan mengapa ia memberikan aku sepiring siomay. Alasanya, karena aku adalah seorang anak yang sedang menuntut ilmu, yang pulang kesorean dan pasti sedang kelaparan karena otak yang sudah diforsir dari tadi siang, mau membeli makanan tapi harus berfikir berkali-kali karena masih banyak kebutuhan lain. Aku tersindir,karena memang benar apa yang dikatakanya itu.hehe

     Ia tahu, orang yang sedang mencari ilmu sama saja dengan orang yang sedang berjihad,barang siapa yang menolong orang di jalan Nya,maka Allah pun akan menolongnya,jelas si Mang ke padaku. Tapi alasan yang terpenting baginya adalah,bahwa ia pun mempunyai anak yang sama sedang duduk di bangku perguruan tinggi di kota lain,dengan bangga si Mang menceritakan anaknya kepada ku,aku tak menyangka seorang tukang siomay bisa menyekolahkan anaknya di PTN. Dia merasakan ketika anaknya pulang kuliah dalam keadaan sama seperti aku,ia ingin anaknya disana ada yang memperhatikanya,apalagi dalam keadaan jauh dari orang tua. Berharap tindakanya kepadaku dibalas oleh Allah sehingga anaknya pun disana ada yang memperhatikan. Sungguh aku terharu dengan penjelasan si Mang, aku di berikanya pelajar an kehidupan, andai saja semua orang sama berfikiran seperti itu, mungkin dunia ini sungguh indah.
Ia tahu, orang yang sedang mencari ilmu sama saja dengan orang yang sedang berjihad,barang siapa yang menolong orang di jalan Nya,maka Allah pun akan menolongnya,jelas si Mang ke padaku. Tapi alasan yang terpenting baginya adalah,bahwa ia pun mempunyai anak yang sama sedang duduk di bangku perguruan tinggi di kota lain
Dia merasakan ketika anaknya pulang kuliah dalam keadaan sama seperti aku,ia ingin anaknya disana ada yang memperhatikanya,apalagi dalam keadaan jauh dari orang tua. Berharap tindakanya kepadaku dibalas oleh Allah sehingga anaknya pun disana ada yang memperhatikan.
     Tertegun aku sampai lupa dengan sepiring siomay pemberianya di tanganku, hingga terbuai oleh teguran si Mang ‘’Enggal Neng di tuang bilih tiis (cepat dimakan Neng takut dingin)’’. Lalu aku pun memakanya dengan canggung, tak bisa berkata-kata.

    Beberapa menit kemudian datang segerombolan mahasiswa menyerbu gerobak biru si Mang, mereka adalah mahasiswa jurusan olahraga kalau aku perhatikan dari seragam mereka yang basah seperti baru saja menyelesaikan praktik. Mungkin karena habis praktik mereka sangat kelaparan dan memesan siomay tak tanggung-tanggung, satu orang dua porsi, yang mereka bergerombol sekitar 10 orangan. Jadi sI Mang langsung laku 20 porsi siomay sekaligus.
Beberapa menit kemudian datang segerombolan mahasiswa menyerbu gerobak biru si Mang,
     Si Mang bangkit dengan semangat melayani para pembelinya. Sambil melayani pesanan si Mang menoleh ke arah ku melemparkan senyum yang bermakna bahwa, balasan Allah sangatlah cepat untuk suatu kebaikan, bahkan melebihi kebaikan yang kita lakukan. Dengan senyum keyakinan dan ketenangan.
si Mang menoleh ke arah ku melemparkan senyum yang bermakna bahwa, balasan Allah sangatlah cepat untuk suatu kebaikan, bahkan melebihi kebaikan yang kita lakukan.
   Tak kuat menahan haru mataku berkaca-kaca, hampir saja jebol air mataku. Aku berpura-pura ‘kepedesan’, padahal aku sadar dan si Mang pun tahu betul siomay yang aku makan tidak di bubuhi cabe atau pemedas lainya.

    Siomay pun harus aku habiskan,seiring dengan si Mang melayani para pembeli,temanku datang. Waktunya aku pulang. Sambil mengembalikan piring dan niat berpamitan aku berikan padanya beberapa rupiah untuk mengganti sepiring siomay yang sudah aku makan. Tapi Ia menatapku tersenyum seolah berkata, terimalah ketulusanya yang dengan sepenuh hati telah melakukan itu.

     Aku pun pulang, dari kejauhan ku lihat semakin banyak para pembeli menyerbu gerobak biru milik si Mang siomay . Dalam perjalan pulang, hujan pun turun menemani aku yang termenung dengan apa yang baru saja terjadi.

    Semoga si Mang mendapatkan yang terbaik dihidup nya. Doa ku untuk si Mang.

kisah ini terjadi pada tanggal 29 September 2010
By : Siti Yulianti Iklima, Mahasiswa FIKIP Jur. Bahasa Indonesia (semester 1) Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

0 comments:

Music Box


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
 
© Copyright 2010-2011 Kumpulan Topik Santai All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.